Sejak bulan Oktober tahun lalu, pasangan AUD/USD telah diperdagangkan dalam kisaran luas yang stabil, tanpa meninggalkan kisaran 0.70-0.73. Perilaku ini sangat khas untuk "aussie": harga mungkin berfluktuasi dalam satu ceruk harga untuk beberapa bulan, setelah itu secara impulsif bergerak ke "level" selanjutnya - lebih tinggi atau lebih rendah. Oleh karena itu, pertanyaaan utamanya adalah kapan AUD/USD akan mengubah lintasan pergerakannya dan, yang terpenting, ke arah mana.
Kompleksitas situasi ini karena melemahnya Dolar AS. Jika dalam tahun sebelumnya, pasangan ini tumbuh, sebagai aturan, karena laporan perekonomian yang kuat di Australia dan/atau karena penguatan pasar komoditas, kini dinamika pertumbuhan bergantung pada seberapa lemah posisi mata uang AS. Federal Reserve masih menunjukkan perilaku "dovish", dan bulls Dolar dipaksa untuk memperhitungkan fakta ini. Support jangka pendek untuk Greenback diberikan oleh faktor fundamental eksternal (kekhawatiran mengenai Brexit, misalnya). Namun, jika kita berbicara mengenai prospek jangka panjang terhadap Greenback, terlihat agak tidak jelas, sehingga bears AUD/USD tidak seharusnya bergantung pada tren penurunan (downward) pasangan hanya karena menguatnya Dolar AS.
Namun, ini tidak berarti bahwa tren bearish Aussie tidak memiliki prospek. Menurut saya, pasangan AUD/USD memiliki lebih banyak peluang untuk memasuki area 60 angka daripada menunjukkan dinamika yang berlawanan. Salahkan China. Perekonomian Australia sangat tergantung pada China, sehingga perlambatan indikator ekonomi makro utama China belum berlalu tanpa jejak untuk Australia. Menurut data terbaru, perekonomian Australia melambat lebih dari yang diperkirakan pada kuartal ketiga tahun lalu: PDB hanya tumbuh 0,3%, sementara sebagian besar ahli memperkirakan pertumbuhan 0,6%. Secara tahunan, indikator meningkat sebesar 2,8% terhadap latar belakang perkiraan pertumbuhan umum sebesar 3,3%. Dibandingkan dengan kuartal keempat, analis juga tidak memiliki ilusi optimis - seperti yang diyakini oleh sebagian besar mereka, pada akhir tahun lalu, perekonomian Australia akan menunjukkan pertumbuhan yang bahkan lebih lemah.
Dan dalam konteks ini, China "sejalan" dengan Australia: menurut perkiraan konsensus, perekonomian China tahun ini akan menunjukkan pertumbuhan terlemah selama 30 (!) tahun terakhir - 6,3%. Menurut data awal, tahun lalu figur ini berjumlah 6,6% setelah naik pada tahun 2017 menjadi 6,9%. PMI Desember di sektor manufaktur China hanya mengkonfirmasi tren ini - di bulan terakhir tahun lalu, melewati "garis merah" dalam bentuk "50 mark" dan berada di poin 49,4.
Indikator perekonomian terkait juga menunjukkan perlambatan perekonomian China. Dengan demikian, angka impor dan ekspor menunjukkan dinamika yang lemah: ekspor menurun tajam dalam waktu singkat sebesar 4,4% secara tahunan, sementara impor menurun dalam waktu singkat sebesar 7,6% secara tahunan (penurunan tertinggi dalam dua tahun). Hal tersebut menyimpulkan inflasi Cina. Menurut perkiraan awal, indeks harga konsumen tahun lalu akan tumbuh tiga persen, tetapi angka sebenarnya jauh lebih rendah - 2,1%. Demikian pula, indeks harga produsen mengecewakan, yang pada bulan Desember menunjukkan peningkatan 0,8%, sementara para ahli memperkirakan penurunan hanya 1,6%.
Tren negatif ini disebabkan oleh banyak faktor, tetapi alasan utamanya tentu saja adalah konflik dagang AS-China. Sekarang, para pihak sedang mempersiapkan kesepakatan perdagangan luas yang akan mengakhiri konflik selama hampir setahun - tetapi bahkan dalam kasus ini, indikator makro utama tidak akan memulihkan posisi mereka dalam satu hari. Karena itu, perekonomian Australia tahun ini akan sangat jelas merasakan gema "aksi militer" di bidang perdagangan.
Selain faktor China, kita tidak boleh lupa tentang masalah lain yang memiliki dampak yang juga nyata pada dinamika Aussie. Secara khusus, kita berbicara tentang penurunan skala besar di pasar real estate di Australia: setelah naiknya harga rumah selama beberapa tahun, pasar real estate Australia menurun tajam. Misalnya, biaya perumahan di delapan kota terbesar di negara itu turun 2,5% tahun lalu - ini adalah fakta pertama penurunan harga sejak tahun 2012. Sebagai perbandingan - pada akhir 2017, pasar real estate di kota-kota ini telah meningkat sebesar 11%.
Keadaan di atas menunjukkan bahwa Reserve Bank of Australia tentu tidak akan terburu-buru untuk pengetatan kebijakan moneter. Dan jika sebelumnya, para trader dipandu dalam rencana ini pada akhir 2019, sekarang tanggalnya telah diundur ke 2020. Selain itu, meningkatnya beban utang konsumen dapat memaksa RBA untuk mengambil posisi yang lebih lunak di masa mendatang, sementara melemahnya mata uang nasional hanya akan menjadi "hadiah" untuk para anggota bank sentral.
Dengan demikian, pasangan AUD/USD memiliki potensi penurunan yang belum terealisasi - setidaknya ke bagian bawah angka ke- 71 (yaitu, ke garis rata-rata indikator Bollinger Bands pada grafik harian).
